Here’s why piecing together Indonesia’s fragmented healthcare is no easy task | Healthcare Asia Magazine
, Indonesia

Here’s why piecing together Indonesia’s fragmented healthcare is no easy task

Harsono Sigalingging, chief medical officer at International SOS, says the country is traditionally divided in terms of healthcare.

With 5 years of experience dealing with cases of both emergency and non-emergency patients, Harsono began his healthcare career in public healthcare, and was the head of a community health center as well as a mobile clinic team.

Harsono has also since shifted to private healthcare when he joined International SOS, where he gained more experience in terms of international healthcare.

In International SOS, Harsono has worked as a general practitioner, a medical advisor, and currently, as Chief Medical Officer.

Harsono will be part of a panel that will talk about Piecing Together Indonesia’s Fragmented Healthcare at the Jakarta leg of the upcoming inaugural Healthcare Asia Forum 2016 this April 28. Here’s more about Harsono:

HCA: What are your key healthcare philosophies and ideologies?

What I value and focus the most is expertise and contributing. Recent survey shows that the patients had more confidence in the internet rather than their doctors. So, If we focus in contributing our very best in health expertise, we can build rapport more closely as human to human relationship with our patient.

HCA:Can you give us a glimpse of what you will talk about at the 2016 Healthcare Asia Forum?

Briefly, I will talk about fragmented healthcare in Indonesia, How our government address the issue in 2014, the progress, the obstacles and how we contribute better. Indonesian healthcare has traditionally been fragmented: private insurance schemes for those who could afford it, basic state provision for the very poorest, and NGOs in specialized areas providing support in between.

In 2013, 31% of Indonesia’s population of more than 250 million was uninsured; 61% were government-insured and just 8% enjoyed private health insurance. However, at the beginning of 2014, the Indonesian Government launched an ambitious project: to establish a compulsory national health insurance system with the aim of making basic care available to all by 2019. With the scheme, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN); implemented by the newly-formed social security agency Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS).
 

Pemindaian AI terkini meningkatkan diagnosa di Shin Kong Wu Ho-Su Memorial Hospital

Rumah sakit di Taiwan ini menggunakan teknologi endoskop yang dibantu AI untuk mendeteksi polip dan kamera resolusi tinggi untuk telemedis.

KFSHRC Saudi bertumpu pada inovasi untuk mentransformasi layanan kesehatan

Rumah sakit ini mempercepat adopsi teknologi baru untuk memposisikan dirinya sebagai pemimpin global di bidang kedokteran.

Angkor Hospital merencanakan pusat trauma untuk anak-anak

Fasilitas ini akan memiliki ICU, ruang gawat darurat, ruang operasi, dan bangsal bedah.

Bali International Hospital dan HK Asia Medical mendirikan pusat jantung baru

Fasilitas ini akan menawarkan diagnostik, operasi invasif minimal, dan perawatan pasca operasi.

Pasar pencitraan medis Indonesia diproyeksikan tumbuh 6,12% CAGR hingga 2030

Salah satu pendorong utama adalah peningkatan inisiatif yang dipimpin pemerintah.

Rumah Sakit Pusat Kamboja beralih ke adopsi teknologi untuk meningkatkan layanan jantung

Salah satu teknologi kunci mereka adalah mesin ECMO untuk mendukung hidup yang berkepanjangan dalam kondisi kritis.

Ekspor farmasi Indonesia diperkirakan tumbuh 7,7% CAGR hingga 2028

Berkat upaya pemerintah dan aturan investasi baru untuk meningkatkan produksi domestik.

Jepang dan Indonesia tandatangani MoU untuk pelatihan perawat dan pekerja perawatan

Kemitraan ini bertujuan membimbing tenaga kesehatan Indonesia agar memenuhi standar tenaga kerja profesional Jepang.

Pusat gigi nasional Singapura berada di garda terdepan layanan gigi digital

Teknologi pemindaian intraoralnya menggantikan metode pencetakan gigi tradisional.

Inovasi medis global dan solusi berbasis AI menjadi sorotan

Medical Taiwan 2024 menghadirkan 280 peserta dari 10 negara dan mendorong integrasi teknologi dalam layanan kesehatan.