China's drugmakers face headwinds despite regulatory improvements | Healthcare Asia Magazine
, China

China's drugmakers face headwinds despite regulatory improvements

Accessibility to innovative medicines is still an issue.

The regulatory issues that plague the Chinese pharmaceutical market will continue to pose a significant barrier to innovative multinational pharmaceutical firms' revenue growth, according to BMI Research.

Given the huge potential of the market, with close to 1.4bn people, drugmakers have a considerable interest in aiding the operating environment.

While international cooperation has improved certain parts of pharmaceutical regulations, much more is required to align the country with other key international markets.

Here's more from BMI Research:

The Pharmaceutical Research and Manufacturers of America (PhRMA) produce an annual Special 301 report highlighting the challenges faced in the key international markets for innovative pharmaceutical firms.

The report for 2017 has recently been published and, as in 2016, China has been highlighted as one of the markets that require the most urgent action to address and resolve issues of causing headwinds to innovative drugmakers.

China continues to be monitored under the United States Trade Representative (USTR)'s Section 306, meaning the US has a bilateral agreement - the 2016 US-China Joint Commission on Commerce and Trade (JCCT) - to address specific problems raised in previous reports.

PhRMA notes in the report that the country is making strides to improve its regulatory environment and reimbursement for patented medicines, highlighted by amendments to its Drug Administration Law (DAL), Drug Registration Regulation (DRR), Patent Examination Guidelines and the National Reimbursement Drug List (NRDL).

However, improving accessibility to innovative medicines will require further reforms, including reducing the out-of-pocket cost burden for patients and simplifying the regulatory approval process.

Pemindaian AI terkini meningkatkan diagnosa di Shin Kong Wu Ho-Su Memorial Hospital

Rumah sakit di Taiwan ini menggunakan teknologi endoskop yang dibantu AI untuk mendeteksi polip dan kamera resolusi tinggi untuk telemedis.

KFSHRC Saudi bertumpu pada inovasi untuk mentransformasi layanan kesehatan

Rumah sakit ini mempercepat adopsi teknologi baru untuk memposisikan dirinya sebagai pemimpin global di bidang kedokteran.

Angkor Hospital merencanakan pusat trauma untuk anak-anak

Fasilitas ini akan memiliki ICU, ruang gawat darurat, ruang operasi, dan bangsal bedah.

Bali International Hospital dan HK Asia Medical mendirikan pusat jantung baru

Fasilitas ini akan menawarkan diagnostik, operasi invasif minimal, dan perawatan pasca operasi.

Pasar pencitraan medis Indonesia diproyeksikan tumbuh 6,12% CAGR hingga 2030

Salah satu pendorong utama adalah peningkatan inisiatif yang dipimpin pemerintah.

Rumah Sakit Pusat Kamboja beralih ke adopsi teknologi untuk meningkatkan layanan jantung

Salah satu teknologi kunci mereka adalah mesin ECMO untuk mendukung hidup yang berkepanjangan dalam kondisi kritis.

Ekspor farmasi Indonesia diperkirakan tumbuh 7,7% CAGR hingga 2028

Berkat upaya pemerintah dan aturan investasi baru untuk meningkatkan produksi domestik.

Jepang dan Indonesia tandatangani MoU untuk pelatihan perawat dan pekerja perawatan

Kemitraan ini bertujuan membimbing tenaga kesehatan Indonesia agar memenuhi standar tenaga kerja profesional Jepang.

Pusat gigi nasional Singapura berada di garda terdepan layanan gigi digital

Teknologi pemindaian intraoralnya menggantikan metode pencetakan gigi tradisional.

Inovasi medis global dan solusi berbasis AI menjadi sorotan

Medical Taiwan 2024 menghadirkan 280 peserta dari 10 negara dan mendorong integrasi teknologi dalam layanan kesehatan.